
Pelatihan Keuangan – Laporan Sudah Rapi, Bisnis Tetap Boncos? Cek Penyebabnya!
Facultive.com – Pelatihan keuangan merupakan salah satu elemen penting yang sering kali diabaikan dalam pengelolaan bisnis. Pernahkah anda merasa telah menyusun laporan keuangan dengan sangat baik, rapi, detail, bahkan memanfaatkan perangkat lunak keuangan yang canggih, namun bisnis tetap tidak menghasilkan keuntungan? Bahkan, dalam beberapa kasus, justru mengalami kerugian. Jika anda mengalami hal tersebut, anda tidak sendiri.
Banyak pelaku usaha, termasuk yang telah lama berkecimpung di dunia bisnis, menghadapi permasalahan serupa. Akar masalahnya sering kali bukan terletak pada angka-angka dalam laporan keuangan semata, tetapi pada bagaimana laporan tersebut dipahami dan dimanfaatkan secara strategis.
Di sinilah pelatihan keuangan memainkan peran yang sangat penting. Pelatihan ini tidak hanya membahas cara menyusun laporan atau memahami istilah akuntansi yang kompleks, tetapi lebih menekankan pada pemahaman menyeluruh mengenai arus kas, strategi keuangan, serta pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan data keuangan.
Mari kita telaah lebih lanjut mengapa bisnis dapat tetap merugi meskipun laporan keuangannya terlihat baik, dan mengapa pelatihan keuangan bisa menjadi solusi yang selama ini anda cari, melalui penjelasan di bawah ini.
Laporan Keuangan Sudah Ada, Mengapa Bisnis Masih Merugi?
Anda mungkin sedang mengalami atau pernah mengalami situasi serupa. Laporan keuangan sudah tersusun dengan rapi, dibuat secara rutin setiap bulan, bahkan telah menggunakan perangkat lunak akuntansi. Namun, kondisi bisnis tetap menunjukkan kerugian. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Berdasarkan data dari Kumparan pada tahun 2022, 77,5% UMKM tidak memiliki sistem pembukuan yang baik. Tanpa sistem pembukuan yang memadai, sulit bagi bisnis untuk memahami kondisi keuangan mereka secara menyeluruh.
fenomena ini merupakan jebakan umum yang kerap tidak disadari oleh banyak pelaku usaha. Mereka mengira bahwa dengan memiliki laporan keuangan, segala urusan keuangan telah tertangani dengan baik. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Berikut adalah beberapa alasan umum yang menjadi penyebab utama:
1. Laporan Keuangan Hanya Bersifat Formalitas
Sebanyak 90% UMKM di Indonesia tidak bertahan lebih dari 5 tahun karena kurangnya pemahaman akuntansi (Source: restoku.id). Hal ini menunjukkan bahwa memiliki laporan keuangan saja tidak cukup; pemahaman dan analisis terhadap laporan tersebut sangat penting.
Cobalah bertanya kepada diri sendiri, apakah laporan keuangan yang anda buat benar-benar digunakan untuk menganalisis kondisi bisnis, atau sekadar untuk memenuhi kewajiban kepada investor, pihak bank, atau otoritas pajak?
Tidak sedikit pelaku usaha kecil hingga menengah yang menyusun laporan keuangan semata-mata untuk terlihat profesional, tanpa memanfaatkannya sebagai dasar pengambilan keputusan. Akibatnya, laporan keuangan hanya menjadi dokumentasi, bukan alat navigasi untuk bisnis.
2. Tidak Memahami Cara Membaca dan Menganalisis Laporan Keuangan
Memiliki laporan keuangan namun tidak memahami isinya sama saja seperti memiliki peta namun tidak tahu arah. Komponen seperti neraca, laporan laba rugi, hingga arus kas bisa tampak seperti kode rahasia jika tidak dipahami dengan benar.
Sebagai contoh, ketika omset meningkat, mungkin anda merasa senang. Namun, apabila arus kas dari aktivitas operasional dari waktu ke waktu menunjukkan angka negatif (cash out lebih besar dari cash in), maka hal ini merupakan sinyal bahaya. Tanpa pemahaman yang tepat, situasi tersebut dapat dianggap sepele, padahal sebenarnya mengarah pada krisis keuangan.
Pelatihan keuangan yang bersifat praktis dan aplikatif sangat diperlukan agar anda dan tim dapat membaca serta memahami makna angka-angka tersebut untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih tepat.
3. Tidak Ada Tindakan Strategis Berdasarkan Data Keuangan
Meskipun laporan keuangan telah tersedia dan dipahami, jika tidak diikuti dengan tindakan nyata, maka hasilnya tetap tidak akan optimal. Contohnya, anda mungkin menyadari bahwa biaya pemasaran terlalu tinggi namun hasil yang diperoleh tidak sebanding.
Sayangnya, karena enggan melakukan evaluasi bersama tim pemasaran, kondisi tersebut terus dibiarkan. Atau anda mengetahui bahwa stok menumpuk di gudang, tetapi belum siap untuk mengurangi produksi.
Hal-hal semacam ini jika tidak segera ditindaklanjuti akan terus menjadi sumber kerugian. Laporan keuangan tanpa aksi nyata ibarat GPS yang diabaikan, sudah tahu harus belok, tetapi tetap melaju lurus.
4. Tim Tidak Terlibat dalam Pengelolaan Keuangan
Salah satu penyebab klasik dari kerugian berulang adalah ketika hanya pemilik usaha yang peduli terhadap kondisi keuangan. Sementara, tim lainnya tidak memahami, bahkan tidak merasa perlu untuk terlibat.
Padahal, semua bagian dari bisnis berkaitan langsung dengan keuangan. Tim penjualan perlu mengetahui target dan margin, tim produksi harus memahami biaya produksi, bahkan staf administrasi perlu memiliki kesadaran dalam efisiensi operasional.
Pelatihan keuangan yang melibatkan seluruh tim merupakan investasi penting agar semua pihak memiliki kesadaran finansial yang sama, serta dapat bekerja sama menjaga kondisi keuangan bisnis tetap sehat.
5. Tidak Memiliki Sistem Pengendalian dan Anggaran yang Jelas
Laporan keuangan akan lebih optimal apabila dilengkapi dengan sistem pengendalian biaya dan anggaran (budgeting) yang jelas. Tanpa anggaran yang terstruktur, bisnis seperti kapal tanpa radar.
Sebagai ilustrasi, jika dalam satu bulan anda mengeluarkan 50 juta Rupiah untuk promosi, apakah itu tergolong wajar atau berlebihan? Tanpa data pembanding, sulit untuk menilai apakah pengeluaran tersebut termasuk efisien atau boros.
Melalui pelatihan keuangan, anda dapat mempelajari cara menyusun anggaran yang realistis, melakukan kontrol biaya, serta mengevaluasi kinerja secara berkala. Dengan demikian, pengelolaan keuangan tidak lagi hanya berdasarkan intuisi, tetapi juga didukung oleh data.
Itulah beberapa alasan utama mengapa bisnis anda masih mengalami kerugian, meskipun laporan keuangan terlihat rapi dan terstruktur. Solusinya bukan hanya berhenti pada tahap pembuatan laporan, tetapi juga memahami, menganalisis, serta memanfaatkan laporan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan strategis.
Pelatihan keuangan dapat menjadi langkah awal yang tepat untuk memperkuat pemahaman finansial anda dan seluruh tim. Dengan demikian, bisnis anda tidak hanya sekadar berjalan, tetapi dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.
Mengapa Laporan Keuangan Tertata Rapi, Namun Bisnis Tetap Merugi?

Sebelum membahas solusi, mari kita pahami terlebih dahulu akar permasalahannya. Banyak pelaku usaha merasa telah menyelesaikan urusan keuangan hanya karena seluruh data telah dicatat dengan rapi.
Namun sayangnya, laporan keuangan yang tertata rapi belum tentu mencerminkan kondisi keuangan yang sehat. Lantas, mengapa laporan keuangan terlihat baik, tetapi bisnis tetap mengalami kerugian? Beberapa alasan berikut ini mungkin menjadi penyebabnya:
1. Kurangnya Pemahaman Mengenai Strategi Keuangan
Bagi sebagian orang, keuangan hanya diartikan sebagai aktivitas mencatat pemasukan dan pengeluaran. Padahal, hal tersebut belumlah cukup. Banyak bisnis mengalami kerugian karena tidak memahami cara menyusun strategi berdasarkan data keuangan yang tersedia.
Melalui Pelatihan Keuangan dari Facultive, peserta akan dibimbing untuk membaca laporan keuangan secara strategis, bukan sekadar administratif.
Dengan metode berbasis studi kasus dan simulasi, tim anda akan belajar bagaimana membuat keputusan yang tepat berdasarkan data keuangan secara menyeluruh.
Dengan demikian, laporan keuangan tidak lagi sekadar dokumen formalitas, tetapi menjadi alat penggerak strategi bisnis yang sesungguhnya.
2. Kurangnya Kesadaran Finansial di Dalam Tim
Permasalahan klasik lainnya adalah kurangnya pemahaman atau kepedulian tim terhadap kondisi keuangan perusahaan. Akibatnya, pengeluaran menjadi tidak efisien, keputusan diambil secara sembarangan, dan pertumbuhan bisnis pun terhambat.
Melalui program pengembangan yang ditawarkan oleh Facultive, seluruh anggota tim akan dibekali dengan literasi finansial yang baik serta kepedulian terhadap keberlangsungan bisnis.
Dengan pendekatan yang inovatif dan mudah dipahami, termasuk modul e-learning interaktif, permainan edukatif, serta simulasi peran, Facultive membantu membentuk budaya keuangan yang kuat dalam perusahaan. Semua divisi akan memiliki rasa kepemilikan terhadap performa keuangan perusahaan.
3. Kesalahan dalam Menafsirkan Data Keuangan
Laporan keuangan seringkali bersifat kompleks. Tanpa pemahaman yang tepat, kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat terjadi. Sebagai contoh, perusahaan merasa berada dalam posisi menguntungkan karena terdapat surplus kas, padahal terdapat kewajiban besar yang belum dicatat.
Facultive menawarkan pelatihan yang disesuaikan dengan tantangan spesifik perusahaan, guna membantu peserta menghindari kesalahan umum dalam membaca data. Mereka akan belajar mengenali indikator utama dalam laporan keuangan, menghitung rasio penting, serta memahami gambaran besar kondisi keuangan perusahaan.
4. Data Keuangan Adalah Alat, Bukan Tujuan Akhir
Tidak sedikit bisnis yang berhenti pada tahap memiliki data keuangan, tanpa memahami bahwa data tersebut hanyalah titik awal. Laporan keuangan seharusnya menjadi alat bantu dalam pengambilan keputusan yang tepat, bukan sekadar dokumen untuk keperluan administrasi atau perpajakan. Melalui pelatihan yang komprehensif, peserta akan belajar bagaimana memanfaatkan data keuangan untuk beberapa hal seperti berikut:
- Mengidentifikasi potensi masalah sebelum menjadi krisis.
- Menemukan peluang tersembunyi di balik angka.
- Mengambil keputusan berdasarkan kenyataan, bukan asumsi semata.
5. Terlalu Fokus pada Laba, Mengabaikan Arus Kas
Kesalahan umum lainnya adalah terlalu fokus pada angka laba dalam laporan laba rugi, sementara arus kas diabaikan. Padahal, arus kas merupakan nyawa sebuah bisnis. Sebuah perusahaan mungkin mencatat laba besar secara administratif, tetapi jika dana tersebut belum benar-benar masuk ke kas, maka operasional tetap akan terhambat. Pelatihan keuangan yang efektif akan membekali peserta dengan pemahaman mengenai:
- Perbedaan arus kas operasional, investasi, dan pendanaan.
- Mengapa sebuah bisnis bisa untung namun kesulitan keuangan.
- Strategi menjaga likuiditas agar perusahaan tetap mampu memenuhi kewajiban seperti membayar gaji, vendor, dan kebutuhan rutin lainnya.
6. Tidak Memiliki Sistem Evaluasi Keuangan Secara Berkala
Memiliki laporan keuangan yang rapi tentu baik. Namun jika laporan tersebut hanya dibaca satu bulan sekali tanpa evaluasi yang menyeluruh, maka nilainya menjadi tidak optimal. Banyak bisnis tidak memiliki budaya untuk mengevaluasi performa keuangan secara rutin dan strategis. Mereka mungkin mengetahui omzet naik atau turun, tetapi tidak memahami penyebab dan cara penanganannya. Dalam pelatihan bersama Facultive, peserta akan mempelajari beberapa hal berikut:
- Cara menyusun dashboard keuangan yang sederhana namun kuat.
- Indikator keuangan apa saja yang perlu dipantau secara mingguan atau bulanan.
- Cara menyusun rencana aksi berdasarkan hasil evaluasi yang terstruktur.
7. Keputusan Bisnis Tidak Sinkron dengan Kondisi Keuangan Nyata
Sering kali, keputusan bisnis seperti pemasaran, perekrutan, ekspansi, bahkan pemberian diskon, dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi keuangan secara matang. Akibatnya, strategi yang sebenarnya bertujuan positif justru memperburuk kondisi finansial. Contoh yang umum terjadi seperti:
- Kas terbatas, namun memutuskan untuk membuka cabang baru.
- Penjualan meningkat, tetapi margin laba menurun karena kesalahan dalam penetapan harga.
- Gaji karyawan terus meningkat, tetapi pendapatan perusahaan stagnan.
Pelatihan keuangan dari Facultive membantu tim memahami dampak setiap keputusan terhadap keuangan perusahaan secara menyeluruh. Hasilnya, bisnis dapat berjalan lebih seimbang, terarah, dan tidak mudah terguncang oleh perubahan kondisi.
Dengan memahami bahwa laporan keuangan hanyalah alat dan bukan tujuan akhir, serta meningkatkan literasi dan strategi keuangan dalam tim, anda dapat mengubah arah bisnis menuju keberlanjutan dan profitabilitas yang lebih baik.
Bingung Karena Tim Tidak Peduli terhadap Keuangan Perusahaan?

anda telah meluangkan waktu mempelajari keuangan bisnis, memahami arus kas (cash flow), margin keuntungan, hingga titik impas (break-even point). Namun, mengapa hanya anda yang tampaknya peduli? Tim lainnya terlihat kurang memperhatikan aspek keuangan.
Tim pemasaran sibuk mengejar konten viral, tim produksi fokus mengejar kuantitas, dan divisi operasional berjuang menyusun jadwal. Akhirnya, anda merasa seperti mengemudikan kapal bisnis sendirian. Lalu, mengapa banyak anggota tim tampak tidak peduli atau kurang tertarik dengan persoalan keuangan perusahaan? Berikut jawabannya!
1. Keuangan Terlihat Rumit dan Menakutkan
Sering kali angka-angka pada neraca dan istilah akuntansi dianggap sebagai ranah eksklusif tim keuangan saja, sehingga divisi lain merasa tidak perlu terlibat. Padahal, ketika tim penjualan memberikan diskon berlebihan tanpa mempertimbangkan margin keuntungan, atau departemen pengadaan melakukan pembelian masif tanpa memerhatikan arus kas, perusahaan justru berisiko mengalami kesulitan likuiditas.
Ketiadaan pemahaman dasar tentang keuangan membuat setiap keputusan operasional mudah memicu kebocoran dana yang tidak terdeteksi, sehingga kemampuan organisasi untuk bertahan dan berkembang menjadi terhambat.
2. Keterbatasan Edukasi Keuangan yang Relevan
Banyak program Pelatihan Keuangan disusun dengan materi yang terlalu umum dan bersifat teoretis, sehingga sulit diaplikasikan pada tantangan konkret di lapangan. Para peserta seringkali hanya mengikuti sesi secara pasif tanpa mampu menerjemahkan konsep-konsep tersebut menjadi tindakan nyata di tempat kerja.
Sebagai contoh, modul pelatihan yang hanya berfokus pada definisi dan rumus tanpa memberikan studi kasus industri spesifik menyebabkan karyawan kesulitan mengadaptasi hasil pelatihan ke dalam proses bisnis sehari-hari, sehingga efektivitas transfer pengetahuan menjadi sangat rendah.
3. Pelatihan yang Tidak Tepat Sasaran
Tak jarang pelatihan keuangan disusun seperti perkuliahan ekonomi yang penuh teori dan istilah yang sulit, serta minim praktik. Peserta cenderung menjadi pasif, sekadar menunggu pelatihan berakhir. Padahal, yang dibutuhkan adalah pendekatan pelatihan yang dapat langsung diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari.
Solusi dari Facultive yang Membuat Seluruh Tim Melek Keuangan
Daripada anda terus-menerus memikirkan arus kas seorang diri, mengapa tidak mengajak seluruh tim untuk belajar bersama melalui program pelatihan dari Facultive? Karena dengan mengikuti program ini, anda dan tim akan memperoleh berbagai manfaat berikut:
1. Kolaborasi Praktisi dan Akademisi
Facultive menghadirkan fasilitator dengan sertifikasi profesi berkelas internasional yang sudah diakui secara global. Baik yang memiliki pengalaman belasan tahun sebagai profesional di bidang keuangan, maupun sebagai akademisi. Fasilitator kami tidak hanya memahami teori keuangan, tetapi juga memiliki pengalaman langsung di industri. Materi yang disampaikan tidak sekadar rumus atau konsep, melainkan strategi nyata yang bisa langsung diterapkan di tempat kerja.
2. Metode Belajar yang Aktif dan Menyenangkan
Pelatihan di Facultive berbeda dari pelatihan keuangan konvensional. Peserta akan diajak terlibat secara aktif melalui diskusi expert, studi kasus, role play, hingga permainan interaktif yang menyenangkan. Materi keuangan yang sebelumnya terasa rumit menjadi mudah dipahami dan lebih dekat dengan realitas pekerjaan, bahkan untuk peserta yang sebelumnya sama sekali belum memahami dasar-dasar keuangan.
3. Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Pembelajaran
Tidak memiliki waktu untuk mengikuti kelas tatap muka? Tidak masalah. Facultive Academy menyediakan modul digital lengkap dengan video edukatif, animasi visual, dan narasi profesional yang membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan fleksibel. Seluruh materi dapat diakses kapan saja, menyesuaikan dengan jadwal dan waktu luang tim anda.
4. Program yang Disesuaikan dengan Kebutuhan Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki tantangan dan kebutuhan yang unik. Oleh karena itu, Facultive merancang program pelatihan yang bersifat personal. anda dapat mendiskusikan kebutuhan spesifik dari tim anda, dan tim kreatif Facultive akan membantu menyusun program pelatihan yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
Saatnya Meningkatkan Literasi Keuangan Tim Anda
Apabila anda merasa tim tidak cukup memahami pentingnya aspek keuangan dalam bisnis, hal tersebut bukanlah akhir dari segalanya. Bisa jadi, mereka hanya belum mendapatkan edukasi yang tepat, melalui metode yang relevan. Dan disinilah peran pelatihan dari Facultive menjadi krusial, untuk membantu seluruh tim naik kelas, dari hanya memahami laporan keuangan hingga mampu mengambil keputusan bisnis yang lebih cerdas.
Jangan terus berjuang sendiri. Saatnya ajak tim anda tumbuh bersama melalui program pengembangan karyawan dari Facultive. Perkuat fondasi bisnis anda, baik dari sisi strategi maupun keuangan. Mari, temukan informasi lebih lanjut mengenai programnya di facultive.com.